Jumat, 01 Maret 2013

Bruno Mars - Grenade

Diposting oleh Unknown di 15.16 0 komentar

Easy come, easy go
That's just how you live, oh
Take, take, take it all
But you never give
Should've known you was trouble
From the first kiss
Had your eyes wide open
Why were they open?

[Pre-Chorus:]
Gave you all I had
And you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, you did
To give me all your love is all I ever asked
'Cause what you don't understand is...

[Chorus:]
I'd catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on a blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same

No, no, no, no

Black, black, black and blue
Beat me 'til I'm numb
Tell the devil I said "Hey" when you get back to where you're from
Mad woman, bad woman
That's just what you are
Yeah, you smile in my face then rip the brakes out my car

[Pre-Chorus:]
Gave you all I had
And you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, yes you did
To give me all your love is all I ever asked
'Cause what you don't understand is...

[Chorus:]
I'd catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on the blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same

[Bridge:]
If my body was on fire
Oh, you would watch me burn down in flames
You said you loved me, you're a liar
'Cause you never ever ever did, baby

[Chorus:]
But, darling, I'd still catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on the blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same

No, you won't do the same
You wouldn't do the same
Oh, you'd never do the same
Oh, no no no

Senin, 18 Februari 2013

Cara Mudah Memasang Password di Flashdisk tanpa software

Diposting oleh Unknown di 23.06 0 komentar



Banyak aplikasi yang dapat memberi manfaat untuk mengunci flashdisk atau memberi password otomatis keflasdisk. Tetapi beda lagi dengan posting kali ini . Sebelumnya cara ini saya dapatkan dari seorang programmer yang hebat. 

"Cara ini sangat mudah dan bermanfaat apalagi seperti saya bermain di warnet sebelah rumah yang pakai flashdisk harus di comokin dulu di komputer server. jadi bahaya dong bisa dibuka dari client lainnya. Selain itu, juga berfungsi melindungi data-data yang tidak ingin dilihat orang lain."

Cara ini akan otomatis meminta password ketika flashdisk dimasukan ke PC dan jika password salah, maka komputer akan shutdown secara otomatis.
Langsung saja .

1. Buka Notepad
( Caranya : Start>>All Programs>>Accessories>>Notepad atau masuk di RUN lalu ketik notepad dan Enter) lalu copy paste script kode dibawah ini ke notepad 
on error goto 0
dim s,quest,sd,m,winpath,fs
set sd=createobject("Wscript.shell")
set fs=createobject("Scripting.FileSystemObject")
set winpath=fs.getspecialfolder(0)
set s=wscript.createobject("wscript.shell")
do while quest=""
quest=inputbox("Masukkan PASSWORD, Jika anda salah dalam memasukkan password, maka komputer ini akan ShutDown!!!","http://oktridarmadi.blogspot.com")
if quest="" then
m=MsgBox("Maaf anda belum memasukkan password...!", 0+0+48, "http://oktridarmadi.blogspot.com")
end if
loop
if quest="TULIS PASSWORD DISINI" then
s.run "shutdown -a"
sd.run winpath & "\explorer.exe /e,/select, " & Wscript.ScriptFullname
else
s.run "shutdown -s -t 0"
end if
TULIS PASSWORD DISINI ganti sesuai keinginan anda, itu adalah sebagai tempat password anda. Pemakaian huruf kapital sangat berpengaruh. saya sarankan memakai angka yang sudah diingat di luar kepala.
lalu save as dengan nama dengan "passwordlock.vbs" tanpa tanda kutip, sebelum di save as pastikan pilih all files.

2. setelah selesai diatas.
lalu buka Notepad lagi, untuk pengaturan otomatis setelah flashdisk dimasukan di PC.
copy paste script kode dibawah ini ke notepad.[Autorun]
shellexecute=wscript.exe passwordlock.vbs
action=FLASHDISK TELAH DILENGKAPI CODE

anda dapat merubah kata " FLASHDISK TELAH DILENGKAPI CODE" sesuai kata-kata mutiara keinginan anda sendiri.
setelah itu lakukan penyimpanan seperti file yang pertama, tetapi pada bagian File name tulislah "autorun.inf" tanpa tanda kutip, sebelum di save as pastikan pilih all files.

Kemudian pindahkan kedua file yang telah anda buat tadi ( autorun.inf dan passwordlock.vbs) ke dalam flashdisk anda.

langkah terakhir silahkan anda hidden autorun.inf dan passwordlock.vbs yang telah dibuat tadi.
Cara hidden : klik kanan pada masing- masing autorun.inf dan passwordlock.vbs lalu pilih properties centang kotak yang ada di tanda hidden. selesai . . . .

@info
- kompitabel dengan win XP.
- dimohon jangan sampai lupa password sendiri ( PedasManisCinta tidak bertanggung jawab atas kesalahan password sendiri)

Jumat, 15 Februari 2013

Cinta Tak Butuh Alasan

Diposting oleh Unknown di 16.12 0 komentar

Dulu kata ayahku, berbuat baik itu tidak perlu banyak berpikir. Nanti hilang ketulusannya. Kini aku mencintai juga tidak pernah bisa menemukan rangkaian kata yang tepat untuk menjelaskannya.
Sebelum ini, aku tidak pernah tahu artinya mencintai tanpa alasan. Sampai aku bertemu dengan kamu. Kamu mengajarkanku segalanya, menembus batas-batas angkuhku sebagai wanita. Membuatku lebih berani jujur pada diriku sendiri.
Dulu, aku begitu mengagumi sahabatmu. Dia kharismatik, easy going dan pintar. Aku merasa bahwa kami cocok. Sering pergi berdua, sama-sama populer, teman-teman juga bilang kalau kami sama-sama tampan dan cantik.
Namun kami terjebak pada suasana ini. Terlalu nyaman dalam zona teman, dia pun tak ada inisiatif. Dia seolah memberi harapan dengan banyak memberikan kebaikan dan perhatian. Sayangnya, hal ini tidak dibarengi dengan kejelasan.
Sementara aku terus menjaga imageku sebagai wanita. Aku merasa menjadi pihak yang harus diperjuangkan. Lalu dia mulai berubah dan sedikit menjaga jarak. Aku sedikit kesal dan menceritakannya padamu.
"Kenapa tidak kau katakan saja perasaanmu padanya?" tanyamu.
"Aku perempuan," jawabku menekankan.
"Lalu?" tanyamu lagi.
Pertanyaanmu membuntukan pikiranku hingga aku berpikir bahwa dia tidak mengerti aku. Tapi ia segera menjelaskan, "coba kau ambil sebuah kertas, ambil bolpoin dan jelaskan kenapa kau menyayangi ayahmu dalam satu kata."
Mendengar hal itu, aku berpikir, "Nggak nyambung," jawabku. Lantas aku meninggalkannya dengan wajah yang masam.
Namun di malam harinya, aku mencoba apa yang kamu katakan. Kuambil kertas dan coba kugambarkan perasaanku dalam satu kata. Aku menyayangi ayahku karena... Karena...
Baiklah, aku tak bisa mengatakan aku menyayanginya karena ia adalah tulang punggung keluarga. Itu lebih dari satu kata. Kucoba berpikir keras menemukan jawabannya, namun tak juga kutemukan kata-kata yang pas.
Tanpa sadar, kutuliskan sebuah kata. CINTA.
Keesokan harinya, kutunjukkan tulisan itu padamu. lalu kamu tersenyum dan berkata, "Kau benar. Ini jawabannya."
Aku memandangimu masih tidak mengerti. Kemudian kamu berkata, "Cinta itu tidak logis. Tidak butuh alasan. Jadi kalau kau suka padanya, utarakan saja. Bukan karena kau adalah perempuan, maka kau membatasi diri. Nanti kau yang akan menyesal."
Sebenarnya aku masih kurang paham, tapi pada akhirnya, aku memang mengutarakan perasaanku padanya. Aku sudah tahu dia akan menerimaku. Namun entah mengapa, ada yang mengganjal.
Sejak itu, aku jarang melihatmu. Kalau aku bertanya padanya, dia bilang kamu sedang konsentrasi untuk ujian akhir.
Ada rindu yang menjalar di hatiku. Aku sangat senang setiap kali aku bisa bertemu denganmu, walaupun itu hanya sebentar. Dia memang pria idamanku, tapi dia terlalu flat. Kemesraan yang kubayangkan hanya angan-angan. Nyatanya dia adalah orang yang jaim untuk menjadi romantis dan hangat.
Hubungan kami pun berakhir hanya dalam 4 bulan. Aku tidak merasakan patah hati. Aku merasa baik-baik saja. Namun tetap saja, aku merindukanmu.
Aku hampir kehilangan sahabatku itu, andai aku tidak memberanikan diri bertanya padanya di mana kamu berada. Kamu akan sekolah ke Australia dan bagaikan adegan film aku mengejarnya ke airport. Kamu kaget melihatku.
"Kok kamu ada di sini?" tanyamu.
"Kamu..kamu kenapa tidak mengabariku... Kalau kamu mau ke luar negeri?" tanyaku terengah-engah. Aku berlari mencari taksi dan berputar-putar mengelilingi bandara agar bisa menemukanmu. Aku takut dia sudah pergi.
"Kenapa?" tanyamu, kamu seperti orang yang tidak percaya kalau aku ada di situ.
Aku memegang tanganmu dan berkata, "kau harus bertanggung jawab. Aku tidak bisa berhenti memikirkan kata-katamu. Kau mengajariku jujur pada perasaanku, dan kini aku menyadari bahwa..." aku berhenti sejenak sambil masih terengah-engah.
"Bahwa apa?" tanyamu.
"..bahwa," aku makin tak tahan memandangnya. Serta merta aku memelukmu dan berkata, "aku mencintaimu."
kamu terhenyak. Aku tahu kamu terkejut, tapi aku bisa merasakan kalau kamu tidak menolak pelukanku. Kamu justru memeluk aku kembali tanpa banyak bicara. Saat terdengar pengumuman tentang keberangkatan pesawat, kamu berkata lirih, "Tunggu aku, ya? Nanti kita berkirim e-mail. Jaga dirimu baik-baik."
akhirnya kamu pun berangkat ke Australia.
Kalau aku selalu terpekur dalam rasa jaim dan tidak belajar untuk jujur, mungkin aku tidak akan bertemu denganmu. Cinta memang tak butuh alasan, tak bisa dijelaskan, tapi bisa dituangkan dalam perbuatan. Aku tak pernah bertanya apa kamu mencintaiku dan kenapa kamu mencintaiku. Tapi yang aku tahu, kamu tulus mencintaiku seperti aku mencintaimu.

Karena Perpisahan Itu Indah Seperti Senja

Diposting oleh Unknown di 06.10 0 komentar


Percaya atau tidak, segala sesuatu yang menimbulkan air mata itu tak selamanya buruk. Seperti perpisahan, misalnya. Banyak orang menangisi dan menyesali perpisahan, sampai-sampai tak jarang ada yang mengutuknya. Perpisahan itu seperti sebuah kutukan, hukuman, sebuah hal negatif yang pantas diterima. 
Benarkah perpisahan itu buruk? Sebenarnya, kalau mau diibaratkan, perpisahan itu mirip dengan senja. Iya, senja. Momen di mana matahari tenggelam setelah seharian menemani kita. Ia kemudian tenggelam dan pergi meninggalkan kita. 
Masih bingung? Beberapa baris puisi ini mungkin akan mengubah persepsi Anda tentang sebuah perpisahan.
Senja
Perpisahan itu hendaknya sederhana seperti senja
Sekalipun menandakan akhirnya hari,
namun kecantikannya selalu memukau hati
Siapa coba yang tak terpikat kecantikannya?
Bukan aku, tak juga kamu
Kita tak mampu menolak pesonanya
Dan bukan duka yang tersisa,
namun sebuah asa untuk berjumpa kembali…
Dan demikianlah, terkadang kita hanya berpikir kalau perpisahan itu akan buruk dampaknya bagi kita. Padahal, kita hanya terlalu takut dan menduga-duga saja. Perpisahan itu tidak melulu seperti kita sudah kehilangan segalanya. Bukankah dari setiap hal yang kita alami semuanya masih merupakan misteri?
Di balik setiap perpisahan, selalu ada hal-hal yang memang disiapkan untuk kita. Entah sebagai ujian naik peringkat hidup, atau sebuah pengalaman yang akan membawa kita menuju kebahagiaan.
Di balik setiap perpisahan selalu ada kesempatan lain untuk bertemu. Entah kapan dan di mana. 
Di balik setiap perpisahan selalu ada pertemuan yang lain lagi. Yang akan mengisi kembali kekosongan di hati. 
Di balik setiap perpisahan mungkin ada air mata. Tetapi air mata tersebut bukan sebagai tanda kekalahan, namun sebagai pertanda Anda telah belajar sesuatu yang baru lagi. 
Dan hendaknya perpisahan itu seperti senja. Bukan duka yang tersisa, namun sebuah harapan baru yang tercipta. 

Cinta Itu Datangnya Tak Bisa Ditebak

Diposting oleh Unknown di 05.44 0 komentar


Cinta itu kalau dipikir-pikir, terkadang aneh ya. Saat ditunggu-tunggu, ia malah enggan muncul. Saat tak ditunggu, tiba-tiba ia datang dengan cara yang ajaib. Cara yang tak pernah kita duga sebelumnya...

Tak terasa, 10 tahun yang lalu, aku dan ayah sedang berjalan-jalan berdua. Tanganku bergelayut manja pada ayah. Aku selalu menikmati waktu bersama beliau. Yang tegas, disiplin, namun penuh kasih sayang. Sesibuk apapun, beliau selalu menyempatkan waktu untuk sekedar menemaniku membeli ice cream atau berjalan ke taman.
Sore itu, usai kami berjalan di taman sambil menikmati ice cream, kami hendak kembali ke mobil dan pulang. Ibu pasti sudah khawatir jika kami belum pulang.
Dari arah kami, sebuah sepeda yang dikendarai oleh anak laki-laki seusiaku meluncur. Di daerah taman tersebut memang seringkali anak-anak bermain bebas. Dan dari arah berlawanan, tiba-tiba muncul sebuah truk yang melaju tak terkendali. Sepertinya remnya blong dan sopirnya panik. BRAKKK!!! truk tersebut berhenti karena menabrak pohon di pinggir jalan.
Tak terduga, si anak kecil pengendara sepeda tadi menjadi korbannya. Ia memang hanya terserempet saja, tetapi kini ia terbaring di jalan aspal dan terdiam. Dengan sigap ayah menengok kanan kiri dan segera berlari menolong si anak tersebut. Karena melihat kondisinya, ayah menelepon polisi untuk mengevakuasi sopir dan truknya. Sementara si anak tersebut dibopong masuk ke mobil untuk segera dilarikan ke rumah sakit. "Seseorang harus bertindak cepat, Ruby, ayo bantu ayah bukakan pintu belakang mobil," teriak ayahku yang membuatku juga sigap membantunya.
Nama anak itu adalah Brilian. Aku dan ayah mengunjunginya hampir setiap hari. Kamipun berteman dekat, sangat dekat, tanpa pernah kami duga.
Dari yang tak pernah kenal, menjadi akrab. Dari yang hanya bertemu di jalan, menjadi selalu menemani ke manapun aku pergi. Sekalipun berbeda sekolah, tetapi kami rutin bertemu setiap hari. Ia adalah sosok anak yang baik, dan keluarga kamipun menjadi sangat dekat.
***
"Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu," kata Brilian di sebuah siang. Tak menunggu lama, ia menggandeng tanganku menuju taman di mana pertama kali kami bertemu 10 tahun yang lalu.
Setibanya di sana, ia bercerita panjang lebar kejadian saat kecelakaan itu. Dengan detail dan berkali-kali menyebut ayahku sebagai pahlawan. Aku tahu, ia begitu mengagumi ayah, dan sangat berterima kasih karena ayahku telah menyelamatkan nyawanya. Ia anak yang sopan, dan penyayang.
"Aku sangat beruntung saat itu, diselamatkan oleh ayahmu, dan bertemu dengan dirimu," ucapnya lagi. "Ah apa sih, itu kan sudah lama," kataku.
Dadaku berdegup kencang, aku seperti merasa akan ada sebuah kejadian besar. Namun, aku tak tahu apakah itu.
Hingga menjelang senja, kami masih duduk di tepian jalan tersebut. Melihat lalu lalang satu atau dua mobil yang melintas. Dan beberapa orang yang tertawa di seberang jalan, di taman sana, menikmati pemandangan yang sama seperti kami. Tenang, dan mendamaikan.
Saat natahari hendak tenggelam, tiba-tiba Brilian memintaku berdiri. Iapun berlutut, dan memegang tanganku, "Ruby, maukah kau menikah denganku?" pertanyaan tersebut membuatku terkejut sekaligus haru. Sejak awal pertemuan memang ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan di dalam hatiku. Ada sebuah harapan yang semakin lama tumbuh menjadi buah cinta di dalam hatiku. Dan, apakah ini mimpi? Ternyata tidak. Saat kupejamkan mata dan kubuka lagi, Brilian memang masih berlutut menunggu jawabanku. Air mata dan senyumpun bercampur menjadi satu mengisi wajahku. "Ini akan menjadi kabar yang paling membahagiakan bagi keluarga kita Bri, bagi ayah juga tentunya," kuusap air mata yang menetes di pipiku, dan kujawab ya seribu kali kepada pinangannya itu.
"Kita harus menyampaikan kabar bahagia ini kepada ayah," kataku bersemangat.
***
Keesokan harinya, sambil membawa seikat bunga. Aku dan Brilian berjalan menuju sebuah makam yang sering kami kunjungi hampir setiap minggu.
Di sana, aku sering menghabiskan waktu untuk bercerita hal-hal yang pedih maupun manis.
Kali ini, aku dan Brilian membawa berita yang bahagia. Yang sudah bisa kubayangkan, beliau akan memelukku bahkan menggendongku bila masih ada di sini. Di depan makamnya kami berjanji, akan menjadi sepasang suami istri yang baik dan saling menjaga kelak.
Kami punya seorang pahlawan yang sama, seorang pahlawan yang tak hanya menyelamatkan hidup kami. Tetapi membuat kami bertemu cinta sejati.
 

Today's Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos